Sabtu, 16 Februari 2013

Super Horror


Super Junior M sedang mengadakan konser amal di salah satu kota pusat perbelanjaan di Indonesia—Depok. Mereka mengadakan konser di Margo City Depok dengan promotornya bernama Lilik W Macifadi—seorang promotor kondang di Indonesia.
    Konser berjalan dengan sukses. Semua ELF di Indonesia berbondong-bondong datang ke Margo City sampai-sampai tidak ada ruang lagi bagi yang kurang beruntung.
Setelah konser selesai, seperti yang tertulis dalam kontrak Suju M seharusnya langsung pulang ke Seoul ditambah dengan jadwal Siwon untuk syuting masih sangat padat.
Namun apa boleh buat bila Tuhan berkata lain. Indonesia yang sangat jarang dilanda bencana tornado—biasa terjadi di Negara seperti Amerika, malah ada bencana seperti itu. (KITA BERDOA SEMOGA TIDAK TERJADI—INI HANYA FIKTIF BELAKA)
Hal tersebut membuat jadwal kepulangan mereka ditunda diakibatkan penerbangan di Indonesia sedang tidak aman. Sang promotor—Bapak Lilik pun harus bertanggung jawab atas nasib member Suju M yang terlantar seperti ‘bocah ilang’.
Sang magnae—Cho Kyuhyun menangis tersedu-sedu sambil ngempeng dan menggeliat-geliat di lantai rumah Bapak Lilik—minta pulang. Disini mereka bercakap-cakap menggunakan bahasa inggris.
“Kyuhyunie, jangan begitu dong. Malu sama mereka.” Bujuk Sungmin sambil menunjuk deretan orang-orang Indonesia—Bapak Lilik dan istri, anaknya yang bernama Febby, dan kedua sahabat Febby—Karu dan Cummie.
“Tapi hyung, kita mau tinggal dimana?” rengek Kyuhyun.
“AHA!” Karu bersuara. “Kalau untuk sementara kalian tinggal di rumahku bagaimana? Rumahku yang tidak ditempati.”
“Karu, kau serius? Memangnya boleh sama orang tua kamu?” tanya Bapak Lilik—merasa tertolong.
“Tapi Om—“ Karu berbisik. “Apa tidak apa-apa?”
“Ngomongin apa sih mereka?” tanya Cummie pada Febby—Febby hanya menggeleng dan mengangkat bahu.
Bapak Lilik membisiki Karu—seperti sebuah perbincangan rahasia milik Negara. “Okelah kalau begitu. Tapi Om—“
“Udah gak apa-apa.”
“Karu, ngomongin apa?”
“Nanti gue ceritain.”  Jawab Karu dengan bahasa Ibunya.
“Baiklah, kalian untuk sementara waktu tinggal di rumah Karu—tepatnya di Perumahan Jati Jajar blok C5 nomor 13. Rumah tersebut adalah rumah yang paling besar di perumahan tersebut. Jadi kalian bisa tinggal disana sampai kondisi Indonesia membaik. Kalau butuh sesuatu kalian bisa minta tolong pada Karu, Febby, atau Cummie.”
“Apa?! Kita bakalan tinggal serumah sama Suju M?” pekik Febby kegirangan.
“Eh, awas loe ngapa-ngapain mereka.” Ancam Bapak Lilik.
“Yee papah, ada juga mereka.” Protes Febby.
“Ssst ahh, udah jangan pada berantem. Om, sekarang ayo anter mereka ke rumahku.”
***
Rumah itu memang sangat besar—tiga rumah bertingkat dua dijadikan satu. Rumah tersebut bercat merah. “Kok rumahnya gede banget sih Kar? Loe kenapa gak tinggal disini aja? Daripada rumah loe yang ditinggalin sekarang lebih kecil dari yang ini.” Tanya Cummie panjang kali lebar dengan menggunakan bahasa Indonesia.
“Rumahmu sangat bagus!” Puji Zhoumie. “Aku tidak sabar ingin masuk. Ayo kita masuk!”
Pertanyaan Cummie tidak dijawab oleh Karu.
FLASHBACK
10 tahun yang lalu, terjadi sebuah pertumpahan darah di rumah tersebut. Rumah itu ditinggali oleh sebuah keluarga yang sangat harmonis—terdiri dari seorang ayah dan seorang ibu, juga tiga orang anak—dua laki-laki satu perempuan. Ada seorang pembantu cantik dan muda mengabdi pada keluarga itu.
Keluarga itu benar-benar sangat harmonis dan rukun hingga pada suatu hari sang ayah ketahuan selingkuh dengan pembantu itu—sang istri yang melihat langsung pergi ke dapur dan mengambil pisau lalu kembali ke kamar tempat mereka berselingkuh.
“Kalian sedang apa!” bentak sang istri.
Mereka yang sedang bercumbu langsung membenarkan posisi mereka. Sang suami mengancingi bajunya yang terbuka, dan sang pembantu menutupi tubuhnya yang terbuka dengan selimut.
“Nyonya—maaf.”
“Mah, biar aku jelaskan.”
Tangan sang istri menyembunyikan pisau dapur di balik tubuhnya, dengan wajah yang tenang menghampiri sang suami yang berada tidak jauh dari pembantunya.
“Tolong peluk aku.” Ujar sang istri. “Aku akan memaafkanmu.”
Sang suami menuruti perintah istrinya, dia merasa sangat lega karena istrinya ternyata tidak marah dan bisa memaafkannya. Ketika mereka sedang berpelukan, tangan sang istri yang memegang pisau langsung menusuk pembantu tak siap itu tepat di kepalanya tanpa ampun.
Sang suami melepaskan pelukan istrinya. “Mamah?”
“Apakah ada istri yang mau suaminya bermain api dengan pembantunya sendiri?!!!” teriak sang istri.
“Mamah, lepaskan pisau itu. Kamu bisa masuk penjara!”
“Apa? Penjara? Seharusnya kamu yang masuk penjara mas!”
Sang istri berusaha ingin membunuh suaminya dengan pisau. Suara ribut tersebut mengundang penasaran ketiga anaknya yang berumur 6-8 tahun.
Sang istri yang hampir menghunuskan pisau itu tepat di perut suaminya, tertahan oleh tangan sang suami yang tenanganya jauh lebih besar dan sebagai pembelaan sang suami malah merebut pisau itu lalu menancapkannya di kepala sang istri.
Ketiga anaknya yang melihat begitu marah dengan ayahnya. “Papah! Kenapa membunuh Mamah?”
Ketiga anak itu berusaha memukuli Ayahnya. Entah setan apa yang merasuki tubuh pria itu, dengan cepat tangannya menghunuskan pisau itu ke ketiga anaknya satu per satu.
Kejadian itu berlangsung sangat cepat. Sang suami sangat frustasi melihat darah dan mayat terhampar di kamarnya. “Aaaaaaaaaaa!!!” Teriak sang suami.
Langkahnya berjalan ke gudang, lalu mengambil seutas tali dan mengantungkan dirinya disana.
FLASHBACK END
Karu memimpin mereka memasuki rumah tersebut. Ketika pintu terbuka, seperti ada bau busuk yang sangat menyengat menusuk hidung mereka dari dalam rumah tersebut tapi dengan sekejap bau itu hilang dan menjadi sangat harum.
“Tadi aku mencium bau yang tidak menyenangkan.” Ujar Siwon disetujui dengan semua orang termasuk Febby dan Cummie.
“Maaf, mungkin karena sudah lama tidak ditempati jadi seperti ini baunya.” Karu menjelaskan, dia merasa tidak enak pada semuanya.
“Tidak apa-apa, sekarang baunya sudah hilang.” Kata Donghae—begitu baik.
“Kalau begitu, ayo kita masuk.” Ujar Kyuhyun.
Mereka masuk, rumah tersebut sangat luas dan besar namun tidak ada penerangan membuat rumah tersebut terasa begitu pengap dan tidak ada udara—padahal banyak ventilasi dimana-mana.
Karu buru-buru menyalakan lampu rumah tersebut. “Karu ssi, apa kau tidak salah? Semua lampu dinyalain?” tanya Wookie. Dia satu-satunya member suju m yang curiga sejak tadi.
“Enggak kok oppa, biar lebih terang aja.” Jawab Karu—wajahnya menyembunyikan sesuatu.
Febby berkeliling ditemani Eunhyuk. Mengelilingi rumah yang luasnya setengah lapangan bola itu. “Rumah ini bersih sekali, kenapa tidak berdebu?” tanya Eunhyuk—bingung.
“Aku juga bingung, padahal kata Karu rumah ini tidak ada yang menempati.”
Mereka berjalan mendekati gudang. Pintunya berwarna cokelat tua. Ketika mereka melewati pintu tersebut, terasa ada hawa yang panas dan sangat tidak nyaman. “Kok bulu kudukku merinding ya?” kata Eunhyuk.
“Mungkin karena oppa baru saja memasuki rumah ini.” Febby menenangi Eunhyuk padahal dirinya sendiri merasa takut entah kenapa.
***
“Kalian tolong dengarkan aku ya, ada dua ruangan yang tidak boleh kalian dekati. Pertama, kamar utama di dekat dapur dan kedua adalah gudang.” Ujar Karu.
Zhoumie yang sangat ketakutan merapat di tubuh Siwon. Tidak ada respon sama sekali dan akhirnya pertanyaan yang benar-benar ingin dikeluarkan diwakili oleh Kyuhyun. “Kenapa?”
“Entahlah, aku juga tidak tahu. Mungkin didalamnya ada harta karun seperti emas batangan atau permata.” Jawab Karu berbohong. “Pokoknya jangan masuk ya. Itu pesan dari orang tuaku.”
“Karu, aku baru tahu kalau kamu kaya banget.” Ujar Febby.
“Yang kaya itu kakek aku. Tapi berhubung kakek aku sudah meninggal, jadi terlimpah ke Ayahku deh. Hehehe.”
Karu sudah membagai kamar untuk para member Suju M. Kyuhyun, Wookie, Sungmin, dan Zhoumie satu kamar. Henry, Siwon, Eunhyuk, dan Donghae satu kamar. Sisanya adalah Karu, Febby, dan Cummie satu kamar.
Walau masih sisa dua kamar, Karu sengaja tidak merombak pembagian kamar lagi karena dua kamar itu berada di posisi yang kurang bagus. Kamar yang satu dekat dengan kamar utama, dan kamar yang satunya lagi dekat dengan gudang—kamar pembantu yang cukup luas.
***
Malam hari sudah tiba. Karu meminta bantuan pada Febby dan Cummie untuk memasak. Namun, Karu hanya meminta bantuan dan yang benar-benar memasak adalah Cummie. Febby yang masak air saja tidak bisa, tidak bisa diandalkan.
Karena kasihan melihat Cummie, akhirnya Karu menghampiri para member Suju M yang sedang asyik nonton TOP K-POP di O-Channel karena hanya itulah acara yang mereka mengerti.
“Sungmin oppa, apa kau bisa bantu Cummie masak? Kudengar kau sangat pintar memasak.” Tanya Karu, sedangkan Febby membaur dengan para member SuJu M dengan sangat percaya diri seperti kawan lama saja.
“Yaah, padahal lagi diputer mv-nya IU nih. Oke deh.” Kata Sungmin.
Karu melepas tanggung jawabnya sebagai tuan rumah, dia berbaur dengan para member SuJu M. “Sampai sekarang tidak terjadi apa-apa.” Gumam Karu sepelan mungkin sambil melihat sekeliling.
Tapi, Wookie yang sejak tadi memperhatikannya mendekat. Masih penasaran dengan ‘sesuatu’ yang ditutup-tutupi Karu. “Karu, aku mau bicara sebentar denganmu. Ada ruangan untuk kita berdua?”
“Kenapa tidak disini saja?”
“Please.”
“Baiklah.”
Karu mengajak Wookie ke sebuah ruangan yang dia pun tidak tahu untuk apa. Namun, di ruangan itu ada sebuah piano berwarna putih dan ada bangku besar di dekatnya.
“Ada yang tidak beres di rumah ini? Betulkah?” tanya Wookie.
Karu berusaha untuk tidak gugup dan bersikap biasa saja. “Kau bicara apa? Tidak ada apa-apa kok.”
Tiba-tiba, tuts piano berbunyi sendiri satu kali. Karu begitu kaget dan langsung memeluk Wookie. Wookie melihat seorang anak perempuan berwajah pucat berdiri memandangi mereka dengan jari telunjuk berada di salah satu tuts piano.
Ketika Wookie berkedip, anak perempuan itu hilang dalam sekejap. “Ada orang lain disini.”
To be continued_
SUPER HORROR PART II
Tiba-tiba, tuts piano berbunyi sendiri satu kali. Karu begitu kaget dan langsung memeluk Wookie. Wookie melihat seorang anak perempuan berwajah pucat berdiri memandangi mereka dengan jari telunjuk berada di salah satu tuts piano.
Ketika Wookie berkedip, anak perempuan itu hilang dalam sekejap. “Ada orang lain disini.”
Karu langsung melepaskan pelukannya karena merasa kurang sopan. “Benarkah?”
“Tadi aku melihat anak perempuan disana.” Wookie menunjuk piano putih itu.
“Anak perempuan?” Karu mengulang kata-kata Wookie—dia teringat akan cerita dari kakeknya kalau ada anak perempuan di keluarga yang menempati rumah ini 10 tahun lalu.
“Iya, sekarang kau ceritakan apa yang sebenarnya terjadi di rumah ini.”
Karu menceritakan semuanya hingga tidak ada yang terlewat. “Maaf oppa, aku menyembunyikan hal ini karena aku tidak mau mereka menjadi takut. Apa oppa mau menjaga rahasia ini?”
“Tapi, ini sungguh berbahaya.”
“Dimana lagi kalian akan tinggal? Tidak ada transportasi yang boleh lewat. Tidak mungkin kalian tinggal di rumahku, di rumah Febby, atau di rumah Cummie pasti tidak akan cukup ruangannya.”
“Baiklah, aku akan merahasiakan hal ini pada mereka.”
“Oppa, kau tidak takut?”
“Tidak. Ayo kita kembali ke yang lain.”
***
“Kau pintar memasak ternyata?” puji Sungmin pada Cummie.
“Biasa saja.”
Tiba-tiba, kompor gas menyala sendiri membuat Cummie dan Sungmin kaget bukan main. “Astaga, kenapa bisa begitu?” Sungmin mematikan kompor gas.
“Oppa, menakutkan sekali disini.” Lirih Cummie.
“Mungkin karena sudah lama tidak dipakai jadi agak-agak konslet.”
Sungmin meyakinkan Cummie kalau tidak ada apa-apa disini dan kejadian aneh tidak terjadi lagi sampai mereka selesai memasak.
“Makanan sudah siaap!!” Teriak Sungmin.
Semuanya berbondong-bondong ke meja makan dan mulai makan dengan sangat tenang. Tapi, ketika sedang makan seperti ada yang menendang kaki Kyuhyun. “Hyung, jangan bercanda begitu dong kalau lagi makan.” Protes Kyuhyun pada Zhoumie.
“Kau ini bicara apa? Sejak tadi kakiku diam.”
“Kau ya?” Kyuhyun menunjuk Siwon.
Mata Karu dan mata Wookie saling berbicara. Merekat tahu apa yang baru saja mengganggu Kyuhyun.
“Hya! Apa itu?!” pekik Donghae sambil menunjuk bangku tempat mereka tadi berkumpul nonton TOP K-POP yang kosong.
“Kenapa?” tanya Karu dan Wookie berbarengan.
“Tadi, aku seperti melihat seorang namja. Tidak, tadi seperti bapak-bapak gitu. Tapi langsung hilang.”
“Imajinasimu saja kali hyung.” Kekeh Wookie.
“Ah, mungkin saja. Huff, aku kaget sekali.”
“Toilet dimana?” tanya Henry tiba-tiba.
“Ayo kuantar.” Tawar Karu.
“Aku ikut!” kata Wookie merasa terlalu berbahaya bila hanya Karu saja yang menemani sementara Henry tidak tahu apa yang sedang terjadi di rumah ini.
***
Henry membuka kamar mandi dan membuka closet lalu membuka resleting celananya untuk buang hajat. Setelah selesai, Henry pun berbalik dan tiba-tiba ada seorang perempuan mengenakan daster berwarna merah sedang membersihkan sudut-sudut kamar mandi.
Henry berteriak sambil menutup mata. “Oppa, Henry oppa!”
Wookie dan Karu menggedor-gedor pintu kamar mandi namun tidak ada reaksi dari Henry yang masih berada di dalam. Karu menoleh ke belang dan sudah ada seorang wanita dengan kening yang bolong tersenyum padanya—Karu kembali merapat ke Wookie tanpa merengek kalau dia habis melihat hantu.
Pintu kamar mandi terbuka dengan wajah Henry yang begitu pucat. Henry tersungkur ke depan dan ditangkap oleh Wookie dan Karu. “Henry, kau kenapa?” tanya Wookie.
“I saw a women, right there.” Henry menunjuk sudut yang kosong tidak ada apa-apanya.
“Cepat bawa dia ke kamar dan tolong katakan pada yang lain agar cepat tidur.” Kata Karu.
***
Semua menuruti perintah Wookie—kebetulan memang semua sudah pada kelelahan jadi mereka menuruti kata-kata Wookie.
Ketika semua orang sudah tidur, Kyuhyun yang tidak betah bila semalam saja absen bermain starcraft langsung mengeluarkan laptopnya untuk bermain game tersebut.
“Aiissh, kenapa lowbat?” dengus Kyuhyun.
Kyuhyun mengeluarkan charger dari tasnya lalu mencari soket di kamar itu tapi dia tidak menemukan soket sama sekali. “Aiissh, kamar ini sangat besar. Tapi kenapa tidak ada soket? Ah, menyebalkan sekali!”
Kyuhyun pantang menyerah hanya karena tidak ada soket di kamar itu. Kyuhyun pun keluar dari kamar lalu menuruni tangga untuk mencari soket. “Kenapa rumah ini terang sekali? Lebih seru kalau main game sambil gelap-gelapan.” Ujar Kyuhyun sambil mematikan lampu di tempat yang dia lewati.
“Masih ada orang di dapur malam-malam begini?”
Karena terdengar seperti ada orang yang sedang memasak, Kyuhyun mengintip sebentar. Namun, tidak ada apa-apa di dapur. “Jelas-jelas tadi aku mendengar ada orang sedang masak. Kenapa kosong?”
Kyuhyun tidak peduli, dia lanjut mencari soket dan akhirnya dia menemukan di dekat TV. Karena tidak ada tempat yang kosong, akhirnya Kyuhyun mencabut kabel TV dan mengganti posisinya dengan kabel charger lalu bermain starcraft.
“Ayo Cho Kyuhyun!”
Ketika sedang asyik bermain starcraft, TV menyala sendiri. “Omo! Mengagetkan saja.”
Kyuhyun mengambil remot TV lalu memencet tombol off tapi tidak ada reaksi dari TV tersebut. Karena kesal, Kyuhyun ingin mencabut kabelnya saja. “Mwo? Kabel yang tadi aku cabut adalah kabel TV? Tapi, kenapa TV masih menyala?”
Bulu kuduk Kyuhyun jadi merinding ditambah dia mendengar suara orang bermain piano di ruang sebelah. Karena sudah tidak tahan dengan keanehan itu, Kyuhyun mematikan laptopnya dan menutup laptop.
Ketika dia menutup laptop, ada sosok wajah di balik laptopnya. Wajah seorang bocah laki-laki dengan leher yang robek. “Aaaa!” Teriak Kyuhyun.
Anak kecil itu tertawa. Dengan susah payah, Kyuhyun berlari dari sana tanpa membawa laptopnya dan memijaki anak tangga satu per satu dengan kaki yang lemas.
Dia menoleh ke belakang—anak laki-laki itu masih mengejarnya sambil tertawa. Kyuhyun meraih gagang pintu dengan gesit dan masuk ke kamarnya lalu bergabung dengan Sungmin. “Aww, Kyuhyunie sakit tahu!” protes Sungmin.
Kyuhyun tidak menjawab apa-apa. Wajahnya penuh dengan peluh dan sangat pucat. “Kyuhyunie, kau kenapa?”
“Hyung, aku tadi melihat hantu.”
Sungmin jadi teringat dengan kompor gas yang menyala sendiri. Sejak kejadian tadi, Sungmin merasa ada yang aneh di rumah itu. “Hantu seperti apa?”
“Anak laki-laki dengan leher yang robek dan dia mengejarku. Hyung!!” Kyuhyun memeluk Sungmin—menangis karena sangat ketakutan dengan apa yang baru saja dilihatnya.
“Kau bermain game ya?”
“Iya hyung, dan laptopku tertinggal di bawah. Kalau diambil bagaimana?”
Sungmin tertawa mengingat Kyuhyun dalam keadaan ketakutan seperti ini masih peduli dengan laptopnya. “Makanya, jangan main game malam-malam. Sudahlah, mungkin tadi hanya imajinasimu saja. Sekarang kita tidur.”
***
Henry berkeringat. Sejak tadi tidurnya sangat gelisah. Hal tersebut membuat Siwon tidak bisa untuk tidak peduli. “Henry, kamu kenapa?”
“Siwon, apakah kau percaya dengan hantu atau semacamnya?”
“Aku percaya. Kau habis melihat hantu?” Henry mengangguk. “Dimana?”
“Kamar mandi bawah.”
Siwon jadi tertarik. “Seperti apa?”
“Seorang wanita sedang membersihkan kamar mandi. Mungkin dia adalah pembantu. Siwon, aku takut sekali sumpah.”
“Apa kau mau melihatnya lagi?”
Siwon benar-benar menjadi penasaran. “Kau gila.”
“Kenapa? Aku hanya ingin melihat.”
“Tapi Siwon, sangat menyeramkan. Kau tidak akan kuat bila melihatnya secara langsung.”
“Baiklah, kalau kau tidak mau melihat aku akan memabangunkan Eunhyuk.”
“Siwon, kau jangan macam-macam.”
“Mereka hanya makhluk halus dan tidak bisa menembus kita. Sedangkan kita makhluk kasar, jadi kau tidak perlu khawatir.” Siwon menghampiri tempat tidur Eunhyuk, lalu membangunkannya. “Hyukie, kau mau melihat hantu?”
Eunhyuk yang masih antara sadar dan tidak sadar, menggeliat malas. “Hantu? Dimana?”
“Di kamar mandi bawah.”
“Memangnya ada?”
Tiba-tiba saja, keinginan Siwon untuk melihat hantu jadi hilang karena teringat akan emas batangan yang dibicarakan Karu tadi. “Hyukie, kau ingat dengan emas batangan yang dibicarakan Karu?”
“Kenapa? Kau ingin mencurinya? Sejak kapan Choi Siwon menjadi seorang pencuri?”
“Hya! Enak saja, aku hanya penasaran dan ingin melihat. Ini sebuah tantangan bukan? Mau tidak?”
Eunhyuk terlihat menimbang-nimbang. “Boleh.”
“Good job, kajja!”
***
Mereka menuruni tangga dan melihat ada laptop Kyuhyun di meja dekat ruang TV. “Itu laptop Kyuhyun bukannya?” tanya Eunhyuk.
“Benar. Tapi, kenapa tidak ada Kyuhyunnya?”
Mereka tidak peduli dengan laptop Kyuhyun dan segera melesat ke kamar utama yang Karu bicarakan.
“Tidak terkunci.” Kata Siwon. “Aneh sekali, katanya ada emas batangan tapi tidak dikunci.”
“Cepat masuk.”
Mereka masuk ke kamar tersebut dan bau busuk seperti pertama mereka masuk ke rumah itu tercium lagi lalu menghilang. Kamar itu sangat gelap—Siwon meraba-raba mencari saklar lampu.
Ketika lampu sudah menyala, mata mereka jelalatan mencari ‘emas batangan’ yang Karu bicarakan. “Tidak ada apa-apa. Dimana kira-kira mereka meletakkannya?”
Mereka menyapu bersih seisi kamar itu namun masih tetap tidak menemukan emas batangan. “Aaah, yeoja itu pasti berbohong.”
Mereka keluar dari kamar itu tanpa menutup pintu kamar kembali. Dan mereka menemukan sosok Kyuhyun di depan laptopnya. Namun, tidak seperti sedang bermain starcraft. Wajahnya terlalu serius dan sangat aneh.
TO BE CONTINUED_
Mereka keluar dari kamar itu tanpa menutup pintu kamar kembali. Dan mereka menemukan sosok Kyuhyun di depan laptopnya. Namun, tidak seperti sedang bermain starcraft. Wajahnya terlalu serius dan sangat aneh.
“Itu dia Kyuhyunnya.” Kata Eunhyuk. “Hya, Kyuhyun. Kau itu sudah besar masih saja main starcraft.” Ledek Eunhyuk.
Tapi Kyuhyun hanya tersenyum simpul, tidak seperti Kyuhyun yang biasanya—membentak dan berteriak. “Dia sedang konsentrasi jangan diganggu.”
“Eh? Masih ada gudang bukan?”
“Oh iya.”
“Tapi—“
“Wae?”
“Lebih baik jangan kesana. Aku punya perasaan yang tidak enak. Ketika aku dan Febby—“
“Kau takut?” potong Siwon.
“Tidak.”
“Kalau begitu, tunjukkan!”
“Aiissh, kajja!”
Mereka berjalan ke gudang dan lagi-lagi pintu gudang tidak terkunci. Lampu ternyata dalam keadaan menyala dan bau itu datang lagi ketika membuka pintu. “Bau apa ya? Ketika buka pintu rumah, pintu kamar yang tadi, dan sekarang pintu gudang.” Gumam Siwon.
Ketika mereka sedang mencari keberadaan emas batangan, darah segar mengalir di balik kerdus usang. “Siwon, itu apa ya?”
“Hyukie hyung, pergi dari sini! Itu darah!”
“Mwooo?”
Mereka berlari terbirit-birit keluar dari gudang itu tanpa menutup gudang kembali. Rumah tersebut seperti hidup. Terdengar suara orang memasak di dapur, lalu ada yang sedang bermain piano, dan anak laki-laki berlarian di belakang Eunhyuk dan Siwon.
“Kyuhyun! Kita harus membawa Kyuhyun!” ujar Eunhyuk.
Mereka ke tempat Kyuhyun berada. Kyuhyun terlihat seperti tidak mendengar apa yang mereka dengar. “Kyuhyunie, ayo ke kamar!” kata Siwon—namun Kyuhyun tetap membatu.
“Kyuhyun ayolah cepat!!”
Suara piano semakin kencang dan menyeramkan. Siwon merasa tangannya dipegang oleh Kyuhyun. “Ayo Kyu— AAA!!“
Sosok Kyuhyun berubah menjadi sosok wanita dengan dahi yang berlubang. Siwon menarik tangannya dari genggaman wanita itu lalu menarik Eunhyuk untuk cepat melarikan diri.
Suara ribut yang ditimbulkan Siwon dan Eunhyuk membangunkan semua orang. Beberapa orang seperti Karu, Wookie, Kyuhyun, dan Henry sudah tahu apa yang sebenarnya terjadi.
“Cepat! Cepat berkumpul!” perintah Siwon.
Semua yang sudah berkumpul di luar kamar memasuki kamar yang ditempati Siwon, Henry, Eunhyuk, dan Donghae. Wajah Siwon dan Eunhyuk sudah sangat pucat dan berkeringat. “Sudah kubilang kalian jangan menantang!” teriak Henry.
“Katakan! Katakan! Sebenarnya apa yang terjadi disini?” teriak Eunhyuk pada Karu—frustasi.
“Tapi sebelumnya, ceritakan dulu apa yang sebenarnya telah terjadi pada kalian? Apa yang kalian lakukan hingga seperti ini?” tanya Karu berusaha untuk bersikap tenang walaupun sebenarnya dia tidak kalah takut dengan Eunhyuk dan Siwon.
Siwon yang merasa lebih bisa mengendalikan diri mewakili dirinya dan Eunhyuk untuk bicara. “Tadinya kami memang ingin melihat hantu, tapi tiba-tiba aku teringat kata-katamu akan emas batangan itu. Bukan niat kami untuk mencuri, kami hanya penasaran saja.”
Mata Karu terbelalak. “Kalian—“
“Ya, kami memasuki kamar dan gudang yang kau ceritakan tapi kami tidak menemukan apa-apa. Ketika kami membuka pintu itu ada sebuah udara yang sangat busuk menampar wajah kami—udara yang seperti pertama kau membuka pintu rumah ini.”
“Astaga! Kalian—“
“Kenapa memangnya? Kenapa kau memarahi kami? Setelah kami keluar dari sana, ada Kyuhyun yang sangat aneh—”
“Itu bukan diriku hyung. Tadi aku memang kesana untuk main starcraft tapi aku malah ditampakin anak laki-laki yang menyeramkan.” Potong Kyuhyun.
“Iya aku tahu itu. Yang bukan Kyuhyun itu tiba-tiba berubah menjadi wanita dengan dahi berlubang. Waa, pokoknya menyeramkan sekali.”
Wajah Karu jadi lebih pucat dari Siwon dan Eunhyuk. Febby dan Cummie saling berpelukan dan mengawasi setiap sudut berjaga-jaga kalau ada penampakan. “Pintunya? Apa kalian menutupnya?”
“Kami tidak menutupnya. Kenapa?” jawab Siwon.
“AAA!! Kalian bodoh sekali! Sudah kuperingatkan kalian jangan masuk ke sana.”
“Tapi Karu, kalau kau menceritakan yang sebenarnya dari awal mereka tidak akan kesana.” Protes Zhoumi—membela temannya karena merasa semua itu salah Karu.
“Maaf, bukan aku membela Karu. Disini aku hanya ingin meluruskan agar tidak terjadi perdebatan.” Kata Wookie, lalu dia meneruskan. “Karu tidak menceritakan yang sebenarnya karena dia khawatir kalian akan ketakutan. Menurutnya, kalau kita tetap bersama mereka tidak akan mengganggu.”
“Tapi itu tidak adil bagiku.” Potong Henry.
“Iya Henry, maaf biar aku lanjutkan. Kalau Kyuhyun tidak bermain starcraft maka mereka tidak akan mengganggumu dengan masuk ke kamar, benar bukan?” Karu mengangguk. “Dan kalau Siwon hyung dan Eunhyuk hyung tidak memenuhi rasa penasaran kalian, maka tidak akan kacau seperti ini. Jadi, karena Karu dan kalian tidak tahu akan seperti ini jadinya, alangkah baiknya kalau tidak ada yang saling menyalahkan.”
“Oh Wookie, mana dirimu yang manja? Disini aku menemukan sikapmu yang sangat bijaksana. Aku kagum akan hal itu.” Puji Sungmin.
“Terimakasih hyung. Karu, apa yang akan terjadi kalau pintu itu tidak ditutup?”
Karu berkeringat dingin. Cummie dan Febby sudah menangis. “Siwon oppa, Eunhyuk oppa, apakah kalian tahu mengapa pintu itu tidak terkunci?” Siwon dan Eunhyuk menggeleng, walau Karu tidak melihatnya Karu tahu kalau mereka menggelengkan kepala, lalu dia meneruskan. “Karena apabila pintu itu terbuka maka pintu keluar akan terkunci.”
“M-maksudmu?” tanya Zhoumi.
“Karu, kamu ngomong apa sih? Yang jelas dong, jangan kayak cenayang gitu!” bentak Febby.
“Febby, dengerin Karu aja dulu. Kita diem aja.” Kata Cummie.
“Febby, aku berkata perlahan seperti ini agar kalian tidak shock jadi tolong jangan membentakku dulu.”
“Baiklah, sekarang katakan yang jelas.” Kata Febby, dia sudah benar-benar ketakutan dan kesal pada Karu yang telah membawanya ke lingkaran setan.
“10 tahun lalu, ada sebuah pembunuhan beranta di rumah ini. Seorang ayah ketahuan berselingkuh dengan pembantunya oleh sang istri, dan sang istri pun menusuk pembantu itu dengan pisau. Donghae oppa, laki-laki yang kau lihat di bangku itu adalah pria itu. Henry oppa, wanita yang kau lihat di kamar mandi adalah pembantu itu. Karena belum puas, sang istri pun mencoba untuk membunuh suaminya tapi gagal dan dia malah terbunuh oleh suaminya dengan pisau tepat di dahinya. Dan yang Siwon oppa dan Eunhyuk oppa lihat itu adalah istri yang terbunuh itu. Ketiga anaknya—terdiri dari dua laki-laki dan satu perempuan melihat kejadian itu dan mereka sangat marah dan berusaha untuk memukul ayahnya. Karena pikirannya sedang kacau, sang ayah pun membunuh ketiga anaknya. Wookie oppa, anak perempuan yang memencet tuts piano itu adalah dia yang terbunuh. Dan yang menginjak kaki Kyuhyun oppa di meja makan dan yang muncul di hadapanmu tadi mungkin saja itu adalah anak laki-laki.”
“Karu, kalau kompor nyala sendiri?” tanya Cummie—itu pula yang ingin Sungmin tanyakan sejak tadi.
“Mungkin itu adalah kerjaan si pembantu.”
“Karu, tadi kau bilang kalau pintu kamar dan pintu gudang terbuka maka pintu keluar akan terkunci. Apakah itu berarti kita tidak akan bisa keluar?” tanya Henry.
“Kau benar.”
“Jelaskan yang benar!” teriak Zhoumi.
“Zhoumi, jangan membentak. Please.” Kata Donghae.
“Sekarang ini kita sudah bukan di dunia tempat kita berada. Pintu itu menghubungkan dunia lain dimana makhluk yang tinggal disana akan menjadi lebih kuat dari kita. Ketika pintu itu tetap tertutup, mereka hanya bisa mengganggu kita tanpa bisa menyakiti kita. Tapi sekarang, dengan pintu itu terbuka mereka bisa melakukan apa saja sesuai keinginan mereka. Sebelum pintu itu terbuka, kita sebagai manusia penguasa bumi ini bisa menyuruh mereka untuk tetap tinggal atau pergi. Tapi setelah pintu itu terbuka, mereka yang bisa melakukan hal itu. Beruntung bila mereka tidak ingin kehadiran kita, tapi kalau mereka menginginkan kehadiran kita untuk mengganggu—ah, aku sendiri penakut aku tidak tahu apa yang akan terjadi.”
“Karu, boleh aku menebak?” tanya Kyuhyun.
“Apa?”
“Berarti yang sekarang ini adalah ruh kita? Jasad kita tidak ada disini?”
“Ya, kau benar sekali Kyuhyun oppa. Jasad kita sedang tertidur, tapi ruh kita menyeberang. Apa kalian mau melihat diri kalian?”
“Dimana?” tanya Febby.
“Lihatlah ke cermin di lemari itu, maka di tempat tidur akan ada Henry dan Siwon, juga Eunhyuk dan Donghae.”
Mereka berbondong-bondong melihat ke cermin itu. Benar yang dikatakan Karu. Mereka bisa melihat Henry, Siwon, Eunhyuk, dan Donghae sedang tertidur pulas seperti tidak ada gangguan.
“Apa ada jalan keluarnya?” tanya Donghae.
“Ada, yaitu menunggu.”
“Apa maksudmu?” tanya Zhoumi.
“Seseorang yang datang ke rumah ini lalu membangunkan kita. Setelah kita terbangun, kita harus cepat-cepat menutup pintu itu kembali.”
“Kau tahu darimana itu adalah jalan keluarnya?” tanya Zhoumi.
Air mata Karu keluar, dia sudah tidak tahan ingin menangis dari tadi. “Maafkan aku. Maaf! Tidak seharusnya aku membawa kalian kesini.”
Kyuhyun menghampiri Karu lalu memeluknya. “Tidak apa-apa. Kita sudah terjebak disini, sekarang yang bisa kita lakukan adalah bertahan. Ceritakan, kau tahu darimana semua ini?”
Karu mencoba untuk menenangkan diri. “Keluarga yang memiliki rumah ini adalah sebenarnya—bibiku. Dia adalah anak angkat kakekku. Ketika seluruh anggota keluarga meninggal, kakekku sangat terpukul. Walau hanya anak angkat, dia sangat menyayangi bibiku. Untuk mengenang mereka, kakekku memilih untuk menempati rumah ini. Dia melakukan hal yang sama seperti Siwon dan Eunhyuk, dia membuka pintu kamar itu dan gudang itu hanya untuk mengenang. Tapi, hal itu malah membawanya kesini. Kakekku berusaha bertahan dengan roh mereka yang tidak tenang. Sebenarnya mereka tidak jahat, hanya tidak tenang jadi mereka cenderung melakukan hal yang jahat dan keji. Selama lima hari kami tidak melihat kakekku, akhirnya Ayahku datang ke rumah ini dan menemukan kakekku dengan kondisi yang babak belur dan mata menangis namun dia tidur. Ayahku membangunkannya, lalu kakekku langsung memeluk Ayahku dengan erat. Tidak buang-buang waktu, kakekku langsung menutup pintu kamar dan pintu gudang. Sejak saat itu, tidak ada lagi yang diizinkan masuk ke rumah ini oleh kakekku. Tapi aku nakal, aku memasukkan kalian kesini tanpa izinnya.”
“Papahku.” Gumam Febby.
“Apa Febby?” tanya Eunhyuk.
“Satu-satunya orang yang tahu keberadaan kita disini adalah papahku. Tapi, kapan papahku akan mengunjungi kita?”
“Benar. Febby benar. satu-satunya harapan kita adalah kedatangan papah Febby.” Ujar Karu.
Ketika mereka sedang berunding, tiba-tiba pintu kamar terbuka membuat mereka tersontak kaget. Febby berteriak—dia yang paling kacau. Eunhyuk memeluknya untuk menenangkan Febby.
Dari luar kamar, dua orang anak laki-laki berlarian mengitari kamar. Seperti ingin masuk ke kamar namun tidak bisa. “Kenapa dia tidak bisa masuk?” tanya Henry.
“Mereka tidak akan bisa mendekati kita asalkan ada cahaya. Makanya, ketika kita masuk ke rumah ini aku menyalakan semua cahaya. Siapa yang mematikan lampu?!”
“Aku.” Jawab Kyuhyun takut-takut.
“Astaga oppa!” Karu memukul Kyuhyun yang berada sangat dekat dengannya. “Apa saja yang tidak kau matikan?”
“Dapur, ruang piano, ruang makan, aa pokoknya ruangan yang tidak aku lewati. Ruang yang aku lewati adalah depan kamar dan ruang nonton TV.”
“Aman, benar hanya itu?”
“Benar. Asalkan tidak ada pemadaman listrik di dunia ini.”
“Ya tidak ada, tapi aku tidak tahu seberapa kuat mereka akan cahaya. Aduh, aku mau berteriak saja.”
“Jadi, sementara kita aman disini?” tanya Siwon.
“Tunggu, kakekku bilang dia berpindah-pindah karena tiap dua jam sekali lampu akan padam sendiri. Begitu seterusnya. Tapi nanti akan nyala lagi ketika sudah dua jam.”
“Bagaimana kita bisa melewati depan kamar kalau kamar ini mati? Disana kan lampunya mati.” Kata Cummie.
“Iya, kau benar.”
“Cari senter!” usul Wookie.
“Aku tahu dimana.”
Karu berjalan mendekati lemari, namun puncak lemari sangat tinggi sehingga dia tidak sampai. Begitu pula dengan Siwon yang paling tinggi disana tidak sampai. “Febby, naik ke punggungku!” kata Siwon.
“Kenapa aku?”
“Menurutku, kau yang paling ringan disini. Cepat!!”
Tanpa berpikir panjang, Febby menuruti kata-kata Siwon dan menaiki punggungnya. Dia menemukan senter dengan diameter besar berjumlah dua. Dia mengambil semuanya. “Hati-hati!” kata Sungmin.
Febby berhasil mengambil senter itu dengan selamat. Tapi naas, tidak ada baterai disana. “Aaaaa, tidak ada baterainya Karu!” protes Febby.
“Cari! Cari!”
Sudah hampir dua jam mereka mencari batu baterai namun tidak juga menemukannya. Dan lampu pun mati. Febby berteriak-teriak. “Semua berkumpul kediriku!!” teriak Karu—sudah dengan senter menyala.
Kini di hadapan mereka semua hantu mengelilingi mereka. “Donghae oppa, pegang yang ini.” Karu melempar senter ke Donghae. “Febby, jangan takut ya. Semua jangan takut.”
Febby tidak henti-hentinya terguncang. Eunhyuk memeluknya untuk menenangkan. Hantu wanita yang dahinya bolong itu berusaha untuk menangkap tubuh Febby namun Karu selalu memberikan cahaya.
“Aku, Febby, Eunhyuk, Kyuhyun, dan Siwon kita satu regu. Donghae, Cummie, Sungmin, Wookie, Zhoumi, dan Henry kalian satu regu. Reguku akan keluar duluan.”
Karu, Febby, Eunhyuk, Kyuhyun, dan Siwon saling berpegangan tangan dan merapat. Hantu pria dan pembantu itu mengikuti mereka berdua. “Menyeramkan sekali!” pekik Febby.
“Kau jangan melihat!” kata Eunhyuk berusaha melindungi Febby.
“Ayo kita ke kamar kita.” Usul Karu.
Mereka melihat sebuah cahaya—yang berasal dari kamar yang tadi ditempati Karu, Febby, dan Cummie lalu masuk ke dalamnya. “Kita punya waktu dua jam lagi. Hematlah baterai senter dan coba cari senter lagi.” Perintah Karu.
Siwon dan Kyuhyun mencari-cari senter di atas lemari dan mereka menemukan dua buah senter. Ketika Siwon mengetes senter itu, ternyata sudah ada baterainya. “Yang ini untuk kelompok Donghae.”
Karu dan Eunhyuk masih menenangkan Febby yang sangat terguncang. “Karu, aku takut sekali. Aku tidak sanggup melihat mereka, bagaimana kalau aku mati karena mereka?”
“Tidak akan.”
“Kenapa kau sangat percaya diri?”
Ketika Febby sedang membentak Karu, kelompok Donghae masuk. Tapi, Wookie tersandung dan dia tertinggal. “Tolong aku!!” Pekiknya.
Kaki Wookie ditarik oleh hantu pria, tapi Donghae dan yang lainnya berusaha menarik Wookie. “Aaaa!!” teriak Wookie sejadi-jadinya.
Ketika mereka berhasil meraih Wookie, mereka tahu apa yang terjadi padanya. Kaki Wookie berlumur darah. “Kenapa ini?” tanya Donghae melihat celana Wookie yang robek dan ada darah disana.
“Karu, katamu aku tidak akan mati karena mereka! Mana?! Mereka berusaha membunuh Wookie.” Teriak Febby.
“Febby, sudah.” Kata Eunhyuk.
Zhoumi merobek seprai dan membungkus kaki Wookie yang berdarah cukup banyak. Para hantu itu memandangi mereka dan tertawa dengan suara yang sangat menyeramkan. “Karu!” teriak Febby.
“Febby, aku tahu aku salah. Tapi bisa tidak kau tidak menyalahkanku terus?! Dengan kau menyalahkanku terus apa bisa kita kembali? Kalau aku mau main salah-salahan, aku bisa saja membela diriku dan menunjuk Eunhyuk dan Siwon sebagai dalang kita berada disini. Kalau mereka tidak membuka pintu, maka kita tidak akan kesini. Jadi, please Febby  jangan buat aku semakin tertekan. Tidak aka nada yang mati dari kita. Kata kakekku, mereka hanya senang melukai dan menakuti kita tapi mereka tidak punya kemampuan untuk mengambil nyawa kita.”
“Tapi Karu, aku bisa mati ketakutan!!”
Karu sangat frustasi dengan lontaran-lontaran yang begitu pedas dari Febby. Dia selalu ditekan, tapi dia tidak bisa marah pada Febby karena memang disini dialah yang paling bersalah.
“Febby, tolong jangan egois. Kalau Karu tidak mengajak SuJu M kesini, mereka mau ditaro dimana? Di hotel? Tidak mungkin, karena transportasi dilarang beroperasi.” Cummie berusaha untuk menengahi.
“Benar kata Cummie. Febby, aku pun takut—sangat takut. Tapi, kita harus bekerja sama.” kata Henry.
Febby terdiam. Sebenarnya, dia pun tidak ingin terus-terusan menyalahkan Karu tapi dia sangat ketakutan dan ingin sekali cepat-cepat keluar dari rumah itu.
“Ini, kau beri untuk siapa saja.” Siwon melemparkan senter ke Donghae.
“Cummie, Sungmin, dan aku. Henry, Wookie, dan Zhoumi. Henry dan Zhoumi kalian jaga Wookie ya?” ujar Donghae.
“Aku akan menjaga Wookie.” Jawab Zhoumi.
“Baiklah, aku nanti akan bersama Eunhyuk dan Febby. Karu, kau bersama Kyuhyun. Kalau menemukan senter dan kita bisa pegang sendiri-sendiri itu lebih baik.” Kata Siwon.
***
Dua jam sudah berlalu, lampu redup dan hantu-hantu itu kembali menghampiri mereka. Dengan sigap, mereka menyalakan senter. Karu dan Kyuhyun pergi duluan mereka menelusuri tangga dan pergi ke tempat dekat piano putih berada. “Kenapa kesini Karu?” protes Kyuhyun.
“Lebih baik kalau kita berpencar. Kalau kita bersatu, maka mereka pun akan bersatu.”
Tapi sial bagi mereka. Entah kenapa, lampu di ruang sana tiba-tiba redup. “Karu, bagaimana kalau kita kehabisan baterai?”
“Kenapa sejak tadi orang-orang selalu bertanya padaku? Ya aku tidak tahu jawabannya.”
Kyuhyun tidak berkata-kata lagi. “Kyuhyun oppa, maafkan aku. Aku sangat frustasi.”
Hantu gadis kecil itu terlihat sangat marah. Menggunakan gaun yang berlumur darah, hantu gadis itu memainkan piano. Suaranya sangat menyeramkan dan membuat pertahanan mereka melemah. “Kita harus pindah dari sini.” Kata Kyuhyun. “Ayo bergerak.”
Mereka menjauh dari ruang itu—lagi hantu gadis kecil itu mengikuti mereka. Tiba-tiba, lampu senter mereka mati. “Mati!”
Mereka berlari dengan hantu gadis itu masih mengejar mereka. Mereka tidak menemukan ruang apapun yang menyala. Hanya kamar utama yang tidak boleh dimasuki yang masih bercahaya.
Karena panik, mereka tidak bisa berpikir panjang dan masuk ke dalam kamar itu. Hantu gadis itu kembali berhenti di depan kamar itu lalu menghilang. “Karu, kemana perginya hantu itu?”
“Kyuhyun, kita berada di kamar utama.”
“Apa?”
“Dan hantu itu menghilang. Aneh sekali.”
“Apa kita akan selalu aman bila berada disini?”
“Kyuhyun, awas!!”
Seorang pria memegang pisau menghunuskan pisaunya ke kepala Kyuhyun. Kyuhyun berdarah dan mati seketika.
TO BE CONTINUED_
Karena panik, mereka tidak bisa berpikir panjang dan masuk ke dalam kamar itu. Hantu gadis itu kembali berhenti di depan kamar itu lalu menghilang. “Karu, kemana perginya hantu itu?”
“Kyuhyun, kita berada di kamar utama.”
“Apa?”
“Dan hantu itu menghilang. Aneh sekali.”
“Apa kita akan selalu aman bila berada disini?”
“Kyuhyun, awas!!”
Seorang pria memegang pisau menghunuskan pisaunya ke kepala Kyuhyun. Kyuhyun berdarah dan mati seketika.
Tubuh laki-laki itu berputar ke arah Karu. Kaki Karu sudah sangat lemas dan dia sudah pasrah dengan apa yang akan terjadi pada dirinya. “BUNUH AKU!!!” Tantangnya.
Lelaki itu pun menusukkan pisaunya tepat di jantung Karu. Rasanya sangat menyakitkan. Sebelum ajal menjemputnya, Karu memegang tangan Kyuhyun. “Maafkan aku, telah membawamu ke dalam kematian. Aku adalah salah satu penggemarmu, asal kau tahu.”
Mata Karu benar-benar terpejam dan sudah tidak terbuka lagi.
***
“Ada apa ini? Aku tidak mati?” Karu melihat Febby dan Cummie masih tertidur disampingnya. Febby menangis dan wajahnya sangat pucat.
Karu membangunkan Febby dan Cummie namun tidak ada reaksi sama sekali. Sangat berbeda dengan apa yang dikatakan kakeknya.
Tiba-tiba, pintu terbuka. Mata Karu terus memperhatikan pintu tersebut—siapa yang akan masuk dari luar sana.
Untunglah, karena yang masuk adalah Kyuhyun. “Karu, aku tidak bisa membangunkan hyung-hyungku.”
“Aku pun begitu. Apa yang sebenarnya terjadi?”
“Ayo cepat kita tutup pintu kamar utama dan gudang.”
“Jangan!”
“Kenapa?”
“Mereka masih disana. Bagaimana kalau kita menutup pintu itu maka mereka akan terjebak disana selama-lamanya?”
“Tapi, apa yang harus kita lakukan sekarang? Mau bertanya dengan siapa? Kakekmu sudah meninggal Karu. Apa yang harus kita lakukan?”
“Bertanya dengan Ayahku.”
***
“Apa yang kau lakukan Karu?! Sudah Ayah bilang, tidak boleh kesana! Apa karena pria ini?”
Karu menjelaskan semuanya sehingga Ayahnya mengerti. “Maafkan aku Ayah. Baik disini maupun disana aku selalu disalahkan. Tolong Ayah, aku butuh masukan tidak butuh omelan terus.”
Ayah Karu memeluk Karu, “Maafkan Ayah, Karu. Ayah tidak bermaksud menyalahkanmu. Ayah begini karena takut terjadi apa-apa sama kamu. Tapi kamu memang salah, maka kamu harus bertanggung jawab.”
***
“Kamu dan Kyuhyun harus memberikan darah kalian dan meneteskannya di tempat kalian dibunuh.”
Karu dan Kyuhyun sudah memegang pisau dapur. Mereka saling mengiris jari mereka—menahan rasa sakit.
“Dengan begitu, kalian akan kembali ke dunia itu. Kalian adalah manusia yang selamat maka kalian tidak memerlukan cahaya lagi. Mereka tidak akan bisa melihat kalian. Yang harus kalian lakukan adalah mencari teman kalian dan menggiring mereka ke kamar atau gudang itu.”
Mereka sudah kembali berada di dunia lain. “Karu, kau berani kalau kita berpencar?” tanya Kyuhyun.
“Aku berani, mereka sudah tidak bisa melihat kita bukan?” Karu berbohong pada Kyuhyun. Sebenarnya, dia sungguh sangat takut lebih takut dari apapun.
Namun sejak tadi dia menahannya karena dia merasa sangat bersalah pada semuanya. Kyuhyun tahu apa yang Karu pikirkan sekarang ini. Kyuhyun tahu kalau dia berbohong.
Ketika Karu hendak menjauh dari Kyuhyun, tangannya digenggam Kyuhyun. “Kita akan terus bersama.”
“Tidak perlu. Aku tidak takut.”
Kyuhyun merengkuh tubuh Karu dan mendekapnya di dalam pelukannya. “Menangislah.”
Karu menyandarkan kepalanya di dada Kyuhyun dan menangis sejadi-jadinya. “Aku sangat takut. Dan aku sangat merasa bersalah.”
“Jangan takut, karena aku akan selalu bersamamu. Jangan merasa bersalah, karena niatmu ingin membantu kami.”
Karu menarik lendir yang keluar dari hidungnya. “Ayo kita harus cari mereka.”
***
FLASHBACK
Semua ruangan tiba-tiba redup dan hanya ada gudang yang menyala. Febby, Eunhyuk, dan Siwon terpaksa kesana. Hantu itu hilang—benar-benar hilang. Tapi tiba-tiba, tubuh mereka melayang dan terpisah menghampiri sebuah tali yang akan menggantung mereka.
“Siwon! Eunhyuk! Tolong aku!” Teriak Febby histeris.
Mereka berusaha menyelamatkan diri mereka yang tidak bisa mereka kendalikan. Tapi tubuh mereka tergantung hingga mereka benar-benar tercekik dan mati.
***
Semua ini seperti permainan. Para hantu mempermainkan mereka dengan menakut-nakuti mereka dan berusaha melukai mereka namun para hantu itu selalu menggiring mereka ke tempat dimana mereka bisa kembali ke dunia mereka.
“Kami hanya tidak ingin kalian ganggu.” Ujar hantu pria.
“Dia bisa bicara?” gumam Cummie.
Mereka masuk ke dalam kamar utama. Seperti Kyuhyun dan Karu, mereka—Cummie, Sungmin, Donghae, Wookie, Henry, Zhoumi ditusuk dengan pisau dan akhirnya mereka mati.
***
“Dimana Karu?” tanya Cummie. “Ah, kita sudah kembali. Febby!”
Febby terbangun. “Kita sudah kembali?”
“Kemana Karu?”
“Aku baru terbangun. Aku tidak tahu.”
Tiba-tiba, pintu kamar mereka terbuka dan masuklah semua member SuJu M kecuali Kyuhyun. “Dia tidak bersama kami.” Ujar Zhoumi.
“Apakah mereka masih berada disana?” tebak Cummie.
“Tapi, seharusnya jasad mereka ada disini. Tapi, mereka benar-benar menghilang.” Terang Donghae.
***
Kyuhyun dan Karu mencari keberadaan semua teman-temannya di seluruh ruangan namun mereka tidak menemukan mereka sama sekali.
Melihat pintu depan terbuka, mereka berjalan ke arah sana. “Mungkin mereka keluar.” Ujar Karu.
Para hantu memang tidak melihat mereka, namun mereka benar-benar dikelilingi hantu. Semua yang mereka lihat adalah arwah-arwah yang sangat menyeramkan. Ada yang tidak memiliki kepala, tangan, ataupun ada yang seperti terbakar.
Karu mengumpat di tubuh Kyuhyun. “Kyuhyun oppa, mereka—“
Tiba-tiba terdengar suara pintu rumah tertutup. Mereka berbalik ke belakang dan mencoba untuk membuka pintu rumah namun tidak bisa terbuka lagi.
***
“Mereka menjemput kalian. Tapi, kalau mereka keluar dari pintu rumah mereka benar-benar tidak akan bisa kembali. Oh anakku.” Isak Ayah Karu.
“Jadi, bagaimana nasib mereka?” tanya Febby.
“Mereka tidak hidup dan tidak mati.”
“Om, yang ta’bah ya om.” Kata Cummie.
“Paman, anak paman dijaga oleh Kyuhyun kami. Karu tidak sendiri, dia bersama Kyuhyun.” Kata Siwon berusaha untuk menenangkan Ayah Karu.
“Oh, kasihan sekali anakku—Karu. Mereka akan terus seperti itu sampai kiamat tiba.”
***
“Kyuhyun, bagaimana kita pulang?”
“I don’t know.”
Mereka duduk di ayunan—di taman bermain. Ada anak kecil dengan wajah yang sangat menyeramkan bermain di taman bermain itu. “Kyuhyun, kau tidak akan meninggalkanku bukan?”
“Tidak akan.” Kyuhyun menggenggam tangan Karu.
_THE END_

Tidak ada komentar:

Posting Komentar