Pepohonan menari-nari di kala angin
sepoi lewat sambil bersiul merdu. Suara kreeks dihasilkan dari injakan kaki
yang mengenai daun-daun kering. SUara itu berhenti di saat tubuh di depannya
bergerak pasti.
"ah, bodoh!" geurutu si
pembuat suara. Sang pemilik tubuh utu kembali ke semua setelah mengetahui apa
yang terjadi. "aissh! Dingin banget sih diri lo!" Langkah itu
diteruskan tanpa umpat-umpat. Namun ranting pohon sepertinya ingin berjabat
dengan rambutnya. Gadis itu membuat kerusuhan sendiri. Sebentar-sebentar
melirik ke arah pria es itu. 'apa hatinya sedingin wajahnya?' batin gadis itu.
Gadis itu merasa dirinya teramat
salah telah menyukai pria seperti es itu.Ya, wajahnya yang dingin namun begitu
segar dan memancarkan kedamaian. "apa masalahmu?" gadis itu memaki
ranting pohon yang tak kunjung berpisah dengan rambutnya.
Saking sibuknya, gadis itu tidak
sadar kalau dia telah memungguni pria pujaannya itu. Gadis itu tersadar, betapa
tingginya pria itu. Ya, selama ini dia hanya mengamatinya dari jauh. Ternyata
seperti ini berada di dekatnya. Pria itu membantu sang gadis untuk melepaskan
ranting dari rambutnya sambil tersenyum. "sudah selesai." ujar pria
itu.
'aa ternyata seperti itu suaranya.'
batin gadis itu dengan napas terhenti dan telapak tangan berubah dingin.
"kakak yang satu ini selalu memperhatikanku, terima kasih." ujar pria
itu sambil lalu.
Gadis itu tertancap seperti paku
melihat pria pujaannya kembali duduk di bangku putih tadi. "kakak? Umur
kita tidak jauh berbeda." gumam gadis itu lebih pada dirinya sendiri
sambil tertawa ringan dan terus memperhatikan pria es itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar