Senin, 28 Januari 2013

Nostalgia Part I

Tulisan yang belum selesai...Dari SMP, gue suka banget nulis dan jengjeng... pas lagi liat-liat tulisan-tulisan gue di laptop, gue nemu ini nih. tulisan gue sewaktu kelas 1 SMA. haha...  
 Malam hari... Di sebuah rumah bermodel rumah orang Cina. Tepatnya keluarga itu membeli rumah itu oleh orang keturunan Cina. Rumah itu dihuni oleh empat orang, yaitu seorang ayah, seorang ibu, dan dua orang anak.
    Hanya, akhir-akhir ini keluarga itu merasakan tidak betah dengan rumah itu kecuali anak pertama mereka, Teini. Mau tidak mau keluarga itu pindah tanpa anak pertama mereka. Teini dipercayakan untuk merawat dan menjaga rumah itu. So, Teini tinggal sendiri.
    " Apabila kamu rindu pada kami, kamu bisa berkunjung ke rumah baru kami." Seru Ibu Teini kepada Teini.
    " Iya, Bu... Terimakasih yah sudah memberikan aku sebuah rumah..." Teini memeluk keluarganya satu per satu.
    Mobil keluarga itu pun melesat pergi dan hilang dari pandangan. Teini merasa sangat senang karena akhirnya dia hidup tanpa ada yang mengganggu karena dia lebih suka untuk hidup sendiri dan mengeluarkan aspirasinya sendirian tanpa ada yang mendengar. Ckckck, anak yang aneh.
    Membicarakan tentang Teini, dia itu adalah seorang gadis kelas dua SMA yang berambut panjang sepinggang. Kalau dimirip-miripkan dia mirip dengan Geum Jandi. Kepribadiannya pun hampir mirip dengan Geum Jandi di Boys Before Flowers.
            ...Q.Q...
    Seminggu sudah dia ditinggalkan keluarganya sendiri. Teini merasa kesepian juga. Apalagi di sekolah dia tidak mau berteman dengan siapa pun. Oleh karena itu dia tidak mempunyai teman dan tidak ada seorang teman pun yang akan mampir ke rumahnya.
    Teini pun menyalakan komputernya. Setelah menyalakan komputernya, bosan pun tidak kunjung pergi. Akhirnya dia mendapatkan sebuah ide. Dia tonton saja film I'm Sam, yaitu film korea yang dibintangi oleh Lee Min Ho sebagai Heo Mo Se. Lee Min Ho itu adalah idolanya.
    Saat Teini sedang asyik dan tertawa sendiri saat melihat akting kocak Lee Min Ho, tiba-tiba icon mouse komputernya bergerak sendiri. Teini pun dikagetkan oleh itu. Lalu dia memperhatikan mousenya. Tapi, mousenya tidak bergerak sedikit pun. 'Mungkin itu hanya gerakan angin' batinnya. Teini pun melanjutkan menonton. Matanya tertuju pada film dan sebentar-sebentar menuju ke mouse.
    Saat matanya tertuju ke mouse, mouse itu kepergok bergerak sendiri. Teini pun loncat dari tempat duduknya karena ketakutan. Teini mengambil sebuah tongkat untuk berjaga-jaga.
    " Heh, setan keluar loe!! Jangan nakut-nakutin! Tapi, kalo muka loe serem jangan keluar deh!!" Teini entah bicara pada siapa tapi dia menunjukan kepada hantu.
    Tidak ada apa-apa. Teini hanya bicara sendiri. Tiba-tiba, terdengar suara yang entah datang darimana. Tapi, Teini percaya kalau itu adalah suara Hantu.
    ' Aku... aku bukan setan, aku hantu... Aku hantu baik kok, dan aku tampan. Bolehkah aku menunjukkan diriku?'
    " Aaaarrrrggghhh!!! Setan!!!" Teini berlari tunggang langgang menuju kamarnya.
    Dia menaiki tempat tidurnya dan menyelimuti dirinya dengan selimut tebal. Sebentar-sebentar dia mengintip. Tapi, tidak ada apa-apa. Lalu, dia teringat oleh kata-kata hantu tadi ' aku bukan setan, aku hantu... Aku hantu baik kok, aku tampan. Bolehkah aku menunjukkan diriku?' Eittt... 'AKU TAMPAN'? Teini mengubah pikirannya.
    Akhir-akhir ini dia selalu merasa kesepian. Apakah hantu itu tahu isi hati Teini sehingga dia keluar untuk menemani Teini? Teini pun kembali duduk dekat komputernya.
    " Hantu yang baik..." Teini memanggil hantu itu.
    Beberapa detik setelah Teini menyapa hantu itu, hantu itu pun menjawab ' Ya...'
    Teini kaget lagi. Ternyata dia sedang tidak bermimpi. " Hantu, kamu nggak serem kan?"
    ' Tidak... Bolehkah aku menunjukkan diriku?'
    Suara hantu itu seperti suara anak cowok sepantaran dengan Teini.
    " Boleh..." Teini bersiap-siap dan menutup matanya.
    " Sekarang, bukalah matamu!"
    Teini membuka matanya dengan perlahan. Wow! Dia tidak menyangka. Ternyata hantu itu benar. Dia tidak menyeramkan, dan dia tampan! Tapi, sayangnya dia hantu.
    Hantu itu berkulit sawo matang tetapi pucat. Hantu itu bermata sipit, berbibir tipis, tubuhnya tinggi dan bagus. Mungkin, saat hantu itu menjadi seorang manusia dia digila-gilai oleh banyak cewek.
    Teini pun perlahan mendekati hantu itu. " Siapa namamu? Apakah aku bisa memegang tanganmu?"
    " Kamu bisa..." Hantu itu memegang tangan Teini. Dingin sekali yang dirasakan Teini. " Nama aku Cha Gong Chan. Tapi, nama Indonesia aku Awal Nugroho Jati. Kamu mau memanggil yang mana?"
    " Oh, yang Awal saja yah... Nama apa itu..."
    " Korea."
    " Ya, nama Koreamu terlalu sulit." Seru Teini dengan malu-malu.
    " Nama kamu Teini kan?" tebak hantu Awal.
    " Iya... Tahu darimana kamu?" Teini kaget.
    " Kamu lupa yah... Aku ini hantu. Aku kan selalu merhatiin kamu..."
    " Oh, iya yah..."
    " Mau jalan-jalan tidak?" ajak hantu Awal.
    " Mau." Teini menerima ajakan hantu Awal.
    Mereka pun keluar rumah. Mereka jalan-jalan ke pusat kota. Dingin sekali saat itu. Untungnya Teini memakai sweater tebal.
    " Apa kau bisa dilihat banyak orang Awal?" tanya Teini.
    " Bisa saja. Tapi, itu tidak mungkin. Karena, orang bisa melihatku apabila kita saling menyetujui."
    " Maksudnya apa yah? Aku kurang mengerti nih... Hehehe..."
    " Iya, tadi... Sebelum aku mau menunjukkan diriku, kau meminta izin dulu kan sama kamu? Aku boleh menunjukkan diriku tidak... Ya, harus ada persetujuan antara manusia dan hantu." jelas hantu Awal.
    " Oh... O iya. Aku boleh bertanya lagi tidak?"
    " Tentu saja boleh."
    " Kamu, waktu menjadi manusia pasti banyak yang menyukai yah..." tanya Teini dengan malu-malu.
    " Oh... Itu. Iya... Aku tidak suka pada cewek-cewek yang mengejar-ngejarku. Mereka jadi terlalu terobsesi pada diriku."
    " Bukannya itu bagus yah... Itu namanya laku.. Pantas sih, kamu itu mirip Rain tauk.."
    " Rain?" Hantu Awal tidak mengerti.
    " Iya, Rain itu aktor dan penyanyi asal Korea. Dia itu banyak yang menyukai di seluruh dunia. Tapi, aku lebih suka pada Lee Min Ho sih.."
    " Siapa kamu bilang? Lee Min Ho?" Hantu Awal nampak kaget sekali setelah mendengar nama Lee Min Ho.
    " Iya, kenapa? Apa kau kenal dengannya? Kalau kenal, tolong kenalkan padaku. Aku sangat mengidolakan dia..." Teini menarik-narik lengan hantu Awal.
    Teini tidak sadar kalau orang lain tidak bisa melihat hantu Awal. Tanpa dia sadari, sudah banyak orang yang sedang memperhatikannya. pasti, orang-orang bersangka kalau dia adalah orang gila yang bicara sendiri. Teini langsung berhenti bicara pada hantu Awal dan dia membisikkan sesuatu. " Ayo kita jalan! Orang-orang mengiraku orang gila."
    Hantu Awal pun menuruti. Teini malu sekali saat itu. Teini pun mengajak hantu Awal ke tempat sepi yang tidak banyak orang. Yaitu ke taman kota. Dan duduk di sebuah bangku putih.
    " Ayo, jawablah pertanyaanku. Apa hubunganmu dengan Lee Min Ho?"
    " Maaf. Aku tidak ingat. Tapi, aku akan berusaha mengingatnya." hantu Awal menebarkan senyum pada Teini.
    " Pulang yuk!! Sudah terlalu malam. Besok, aku kesiangan deh... Besok kan, hari pertama aku sekolah di kelas dua..."
    " Oh, ayo. Mau cepat tidak?"
    " Mau sih... Tapi, bagaimana caranya?"
    " Pegang tanganku."
    Teini pun memegang tangan hantu Awal. Dingin... dingin sekali, seperti tangan orang mati. Perlahan, kakinya sudah tidak berpijak di bumi. Yah, dia tidak menginjak bumi. Dia terbang. Ternyata, hantu Awal mengajaknya terbang.
    " Wow!! Keren!! Darimana kau belajar ini? Sudah lama aku kepingin terbang!!" Teini nampak senang sekali.
    " Aku hanyalah roh. Jadi, aku bisa melakukan apa saja."
            ...Q.Q...
    " Terimakasih karena sudah menyenangkan diriku..." Seru Teini kepada hantu Awal.
    " Ya..."
    " Aku mau tidur. Kau, biasa tidur di mana?"
    " Aku? Ini adalah tempat tidurku." Awal menunjuk tempat tidur Teini.
    " Apa? Ini adalah tempat tidurku Awal... Atau, selama ini kau tidur denganku? Kau melihatku saat aku tidak berbusana?" Teini kaget sekali.
    " Iya, aku memang selalu tidur denganmu. Tapi, aku adalah hantu yang bermoral kok... Jadi, hal-hal buruk yang kau pikirkan tidak kulakukan."
    " Bagaimana kau bisa membuatku percaya?"
    " Aku tidak bisa membuatmu percaya kecuali kepercayaan yang ada di hatimu menyuruhmu percaya kalau aku adalah hantu yang baik. Lagipula, aku ini hantu Teini... Aku takut kalau aku harus dijebloskan ke neraka."
    " Oh, iya yah... Baiklah, aku percaya padamu." Teini langsung beranjak ke tempat tidurnya.
    Hantu Awal pun beranjak ke tempat tidur yang sekarang adalah milik Teini. Dia tidur di samping Teini. Berarti, setahun dia tinggal di rumah itu dia selalu tidur bersama hantu Awal. Untungnya, dia adalah
            ...Q.Q...
    Pagi hari pun tiba...
    Hari pertama Teini sekolah di kelas duanya. Akhirnya, dia akan bertemu dengan orang yang dia sukai sejak pertama masuk sekolah.
    Teini sudah sarapan dan sudah rapih memakai baju seragam SMAnya. Hantu Awal masih mengikutinya.
    " Kenapa kau terus mengikutiku?" Teini merasa risih.
    " Errrr... Bolehkah aku ikut sekolah denganmu? Tenang, aku tidak akan mengajakmu mengobrol. Aku tahu, kalau kau mengobrol denganku nanti teman-temanmu menjauhimu karena mengiramu sudah gila."
    " Tidak perlu, aku memang tidak memiliki teman. Mau aku terlihat berbicara sendirian juga tidak ada pengaruhnya denganku. Ayo kita berangkat!"
    Mereka pun berangkat sekolah. Teini membawa Pix Ford-nya yang berwarna Hitam-Merah dan bertuliskan gravity Lee Min Ho will u marry me...
    Hantu Awal juga menaiki mobil itu. Padahal, dia tidak perlu repot-repot menaiki mobil. Dia bisa langsung ke tempat tujuan dengan terbang. Tapi, sssttt...
    Mau tahu tidak rahasia hantu Awal? Pastinya mau dong... Hantu Awal sudah setahun ini dia merasakan jatuh cinta pada seorang anak manusia yang sekarang berada di sebelahnya. Siapa lagi kalau bukan Teini. Tapi, berteman saja itu sudah cukup bagi hantu Awal. karena dia tahu, itu mustahil. Teini tidak mungkin bisa mencintai seorang hantu.
    Gerbang sekolah pun sudah terlihat oleh hantu Awal. Dia jadi teringat sewaktu dia masih hidup. Dia memakai baju yang sangat keren. Dia saat itu masih duduk di bangku kuliah semester dua. Saat dia memasuki gerbang sekolah, dia sudah dikerubuni oleh banyak cewek-cewek yang sangat agresif padanya. Hingga-hingga, karena dia merasa sangat tidak nyaman dengan perilaku cewek-cewek itu dia berlari.
    Awal berlari menjauhi cewek-cewek yang mengejarnya itu. Dia berlari sampai keluar dari gedung kampusnya. Dia tidak sadar kalau dia berada di tengah jalan. Sampai-sampai dia tidak sadar kalau ada truk yang melaju cepat di depannya dan dia pun tertabrak.
    Saat rohnya keluar dari tubuhnya, dia kaget dan tidak mau itu terjadi padanya. Dia tidak mau ke alam baka. Karena dia mempunyai urusan yang belum kelar. Yaitu buang air besar. Saat dia akan meninggal, tiba-tiba perutnya melilit dan ingin buang air besar. Sampai-sampai, dia tidak mau diajak ke alam lain oleh malaikat. Saat dia sudah menyelesaikan urusannya yang belum kelar itu, dia tidak bisa ke alam lain itu dan dia terjebak di tengah-tengah.
    " Itu sekolahku. Ayo turun! Aku mau menunjukkan banyak hal di sekolah ini." Teini menarik tangan hantu Awal dari luar mobil dan lamunan hantu Awal pun hilang.
    Mereka pun berjalan di koridor sekolah...
    " Apa yang mau kau tunjukkan kepadaku?" tanya hantu Awal.
    " Aku mau menunjukkan kepadamu, itu yang berkumis agak gemuk tinggi dan bertampang berwibawa itu adalah guru kesayangan aku. Namanya, Pak Gultom. Gimana komentar kamu?"
    " Kamu itu seleranya tua. Harusnya, kamu menyukai guru itu... Yang muda, yang memiliki jenggot, memakai kacamata, putih, dan sedikit mirip orang jepang." hantu Awal tidak setuju.
    " Oh, aah... Itu mah sudah nggak jaman. Iya, dia memang guru yang tampan. Namanya Ari, dia biasa dipanggil sensei Ari karena dia ngajar jepang. Dia itu banyak yang ngejar-ngejar loh... Semua cewek di sekolah ini mengejar-ngejar dia." Teini membisiki hantu Awal.
    " Apa dia merasa terganggu?" hantu Awal teringat masa lalunya yang kelam.
    " Enggak tuh, dia tampaknya menikmatinya. Sekarang, hmm apa lagi yah..." Teini dan Awal meneruskan perjalanan mereka keliling sekolah.
    " A... yang itu tuh... Kakak tampan. Dia satu-satunya cowok yang aku sukai." Teini menunjuk seorang cowok bertubuh tinggi dan tampan.
    Hantu Awal langsung terdiam. Dia tahu sudah tidak ada harapan lagi. Tapi, dia berharap untuk saat ini tidak ada yang disukai oleh Teini. Tapi, ternyata ada seseorang yang memang pantas disukai oleh Teini. Dia putih, tinggi, tampan, bermata sipit.
    " Hei, gimana? Kok gak ada komentar sih?" Teini menyenggol Awal.
    " Oh... Iya. Tampan. Aku setuju denganmu."
    " Tau tidak? Dia itu kakak kelas. Dia anak XII IPS 2. Dia pinter loh, dia terlalu diam. Padahal, banyak cewek yang tergila-gila padanya. Tapi, dia kalah saing sama Sensei Ari. Soalnya, sikapnya itu loh... yang cool banget sampe-sampe cewek-cewek bosen sendiri. Tapi, itulah yang membuat aku suka sama dia." Teini menjelaskan kepada hantu Awal.
    " Terus, kamu pernah mengobrol dengan dia?"
    " Sayangnya belum." Teini menghela nafasnya.
    " Kenapa?"
    " Soalnya, dia terlalu dingin. Sampai-sampai aku nggak berani."
    " Aku juga dingin. Tubuhku dingin semua."
    " Hahaha... Kau itu lucu." Teini tertawa.
    " Siapa namanya?"
    " Namanya Agustin..."
    Setelah mendengar namanya seperti ada yang menyebut, Agustin menoleh ke Teini. Agustin mengira dia telah dipanggil oleh Teini. Agustin pun menghampiri Teini.
    " Ada apa yah?" Teini bingung karena tiba-tiba Agustin menghampirinya.
    " Tadi, bukannya kamu panggil namaku yah." Jelas Agustin.
    " Oh, enggak... Itu, tadi temen aku nanya nama kakak." Teini berkata apa adanya.
    " Siapa? Nampaknya kamu sendirian deh." Agustin bingung.
    " Aw... Oh. Errr... Dia, iya deh. Eh, enggak. Tadi itu... aku lagi ngapalin itu tuh.. Penemu lampu namanya kan Agustin. Iya kan..." Teini mencari-cari alasan setelah dia menyadari kalau Agustin tidak bisa melihat Awal.
    " Bukannya, penemu lampu itu Thomas Alpa Edison yah... Hahaha..." Agustin tertawa geli sekali.
    " Oh, iya yah... Itu kan nama temennya Edison Kak. Maksudnya..."
    " Udah, kalo emang manggil kakak gak apa-apa kok."
    Teini jadi mengobrol dengan Agustin dan dia melupakan hantu Awal. Hantu Awal pun merasa sakit hati. Dia meninggalkan Teini. Dia pergi menjauh dari Teini dan menuju ke belakang sekolah.
    " Huh... Mengapa aku hanya seorang hantu? Kalau tahu begini jadinya, lebih baik dulu aku memilih satu dari sekian banyak cewek yang tergila-gila padaku. Aku saja terlalu bodoh. Heuheu..." Hantu Awal menangis.
    Saat hantu Awal sedang menangis, tiba-tiba ada yang menepuk bahunya. Dia pun menoleh ke belakang. Ternyata itu adalah Teini.
    " Awal... Kamu itu aku cariin kemana-mana tauk..." Teini meilipat kedua tangannya.
    " Aku hanya nggak mau mengganggu kalian berdua."
    " Oh iya. Terima kasih yah... gara-gara kamu nanya namanya siapa aku jadi bisa berkenalan dan mengobrol deh sama dia." Teini memegang jari-jari Awal.
    Awal hanya tersenyum kecut. Padahal, kalau tahu seperti itu dia tidak akan menanyakan namanya siapa. Tindakannya salah lagi untuk yang kedua kalinya.
    Teini melihat sikap hantu Awal, dia bingung. Biasanya, hantu Awal selalu asyik bila diajak mengobrol.
    " Kamu tidak enak badan yah..." Tanya Teini.
    " Kamu itu lucu atau bodoh sih? Aku ini hantu. Ingat itu."
    " Habisnya, kamu itu terlalu tampan untuk seorang hantu. Kalau aku lihat dari wajahmu, ya tampan. Matamu sipit sesuai dengan seleraku. Bibirmu tipis dan hidungmu mancung wajahmu tirus. Kamu tinggi. Badanmu tidak kurus tidak gemuk dan sixpeck. Huh, kamu itu perfect banget deh. Waktu kamu masih jadi manusia kamu pasti bernasib sama, dengan sensei Ari."
    " Tidak... Aku ini biasa-biasa saja tauk.. Kamu tidak usah membuatku senang." hantu Awal berbohong.
    " Oh, kamu itu biasa-biasa saja yah... Tapi, yang tadi aku deskripsikan tentang kamu aku tidak bohong kok. Itu memang dirimu apa adanya. Sedikit bocoran. Kalau aku hidup di masamu, aku akan jatuh cinta pada dirimu."
    " Benarkah? Kalau sekarang?" hantu Awal sedikit bersemangat.
    " Yang benar saja kamu." Teini menyenggol bahu hantu Awal.
    " Begitu yah... Oh iya. Kenapa kamu tidak belajar?"
    " Ini kan hari pertama. Jadi, kita masih dibebas tugaskan dari belajar. Sekarang, aku mau ngobrol-ngobrol saja sama kamu. Soalnya, kamu itu enak diajak bicara."
    " Ya sudah, aku juga merasakan hal yang sama. Huh, sudah lama sekali aku tidak bicara."
    " Waktu kamu masih jadi manusia, kamu pernah jatuh cinta? Siapa pacar kamu? Terus, gadis beruntung itu orangnya seperti apa?"
    " Hmmm... Aku belum pernah berpacaran dan sayangnya aku belum pernah merasakan jatuh cinta." tersirat sebuah penyesalan di mata hantu Awal.
    " Sayang sekali." Teini turut bersedih.
    " Tapi, yang lebih disayangkan adalah setelah aku menjadi seorang hantu aku baru merasakan jatuh cinta pada seorang anak manusia yang masih hidup. Apa itu tidak menyakitkan?" hantu Awal bertanya pada Teini.
    " Ya, itu sangat menyakitkan. Karena, itu adalah ketidakmungkinan. Sabar yah..." Teini merangkul hantu Awal dan mengelus-elus wajahnya. " Cup-cup-cup. Hei, berapa umurmu sekarang?"
    " Aku lupa. Tapi, yang jelas aku meninggal saat aku berusia 20 tahun. Umurmu sekarang berapa?"
    " Aku berumur 15 tahun. Awal, kamu bisa gak jadi manusia lagi?"
    " Bisa."
    " Wah, asyik dong. Gimana caranya?" Teini penasaran.
    " Kalau ada seorang manusia yang mencintai aku dengan tulus dan manusia itu sangat menginginkan aku hidup untuk menjadi pendampingnya."
    " Itu sulit." Teini jadi tidak bersemangat lagi.
    " Ya, memang sulit." Awal sedih lagi. Karena harapan satu-satunya yaitu Teini sepertinya tidak akan menyukainya sedikit pun.
    " Oh, iya Wal. Tadi, aku mengobrol banyak loh sama Kakak Tampan..."
    " Iya? Wah, bagus itu. Apa yang kalian bicarakan?" Tanya Hantu Awal basa-basi.
    " Banyak. Tapi, yang penting dia mengajakku ngedate."
    " Apa itu ngedate?" Ternyata hantu Awal di masanya belum mengerti ngedate.
    " Kencan." Jelas Teini.
    " Apa? Maksud kamu... Making Love?" hantu Awal kaget sekali.
    " Bukan, bukan... hanya sekedar apa yah, jalan bareng gitu. Kamu itu berpikirannya macam-macam saja." Teini memukul hantu Awal.
    " Soalnya, di negaraku kalau kencan itu ya itu, bercinta." jelas Awal.
    " Oh gitu yah, kamu pernah kencan?"
    " Belum lah, aku saja belum pernah jatuh cinta. Kamu itu bagaimana sih?" hantu Awal mengacak-acak rambut Teini.
    " Oh, syukurlah. Oh, iya. Siapa gadis yang kamu sukai?"
tanya Teini tiba-tiba.
    Pertanyaan itu membingungkan hantu Awal bangaimana menjawabnya. " Oh, itu rahasia."
    " Oh, gitu yah... Main rahasia-rahasiaan..." Teini mengelitiki hantu Awal.
    " Hahahahahaahahahahahahahahahaaaaaaa. Ampun! Kelemahanku adalah dikelitiki!!" Awal tidak kuat.
    " Hah, kau ini bagaimana sih. Sudah jadi hantu saja masih tidak kuat dikelitiki."
            ...Q.Q...
    Malam hari tiba. Teini sedang mencari-cari baju untuk dikenakannya saat kencan dengan Agustin. Awal hanya melihatnya dengan bosan.
    " Bagaimana kalau yang ini?" tanya Teini meminta pendapat pada hantu Awal.
    " Kalau menurut aku, cowok itu saat pertama kali ngajak kencan pada seorang gadis dia mengharapkan gadis itu tidak berpenampilan yang macam-macam karena seorang cowok itu mengharapkan gadis itu berpenampilan apa adanya. Satu pesan buat kamu. pakai jaket dan jangan baju yang terbuka. Aku nggak mau kamu diapa-apain."
    " Oh... begitu yah... Oke kalau begitu aku pake baju yang biasa aku pake aja. Kalau urusan itu, tenang saja aku bisa jaga diri kok..."
    Tiba-tiba terdengar suara klakson mobil dari luar. Tidak salah lagi itu adalah mobil Agustin. Teini pun langsung keluar untuk menemui Agustin.
    " Kali ini kamu nggak usah ikut yah. Jaga rumah saja!" Pesan Teini pada hantu Awal.
    " Iya..." Jawab hantu Awal dengan lemas.
    " Ayolah, jangan lemas begitu. Aku jadi tidak enak sama kamu. Atau aku batalin aja kencan pertamaku."
    " Tidak! Tidak usah. Bersenang-senanglah!"
    Teini pun menemui Agustin dan masuk ke dalam mobil Agustin. Teini tidak lupa untuk melambaikan tangannya ke hantu Awal.
    " Kamu dadah sama siapa?" tanya Agustin bingung.
    " Oh, pada rumahku lah... AKu kan sayang banget sama rumah aku." Teini mencari alasan. " Kita mau ke mana?"
    " Kita, hmmm enaknya ke mana?"


  



Tidak ada komentar:

Posting Komentar