Hari ini matahari seperti
perhiasan. Cahayannya berkilauan di atas bunga yang baru saja disirami oleh
sang gadis. "hai bunga, kesepiankah kau? Tenang, aku akan selalu ada
untukmu." ujar gadis itu pada bunga segar itu. gadis itu mendenguskan
napas pelan. "tapi kita berbeda, aku adalah manusia dan kau bunga.
Seharusny
a ada seorang pangeran yang
memberikanku temanmu." tiba-tiba ada tangan yang menaruh bunga matahari
lengkap dengan potnya di samping bunga yang sedang disirami gadis itu.
"ah, kau mengagetkanku." ujar gadis itu pada pria di hadapannya.
"kk sudah gila ya, bicara
dengan bunga? Seperti sudah tidak ada manusia saja." gadis itu menjadi
gugup mendengar pria yang dingin seperti es itu kini menjadi banyak bicara.
"k-kamu buat apa menyodorkan
bunga matahari itu?" pria itu tersenyum, gigi putinya terlihat begitu kuat
dan terawat.
"tadi aku mendengar percakapan
kakak dengan bunga mawar ini. Sepertinya kk benar, bunga mawar ini
kesepian." gadis itu menjadi geli mendengar alasan pria itu.
"seharusnya kau bawakan bunga
mawar juga, kenapa bunga matahari?" pria itu mendenguskan napas,
sepertinya gadis itu belum mengerti maksudnya.
"seperti diriku, bunga
matahari ini selalu memancarkan sinar sehingga bunga mawar milik kk selalu
melihat bunga matahari ini walau dalam keadaan gelap sekalipun. Seperti kk yang
selalu melihatku, dan aku pun ingin terus bercahaya sehingga kk akan terus
melihatku. Terimakasih kk." pria itu menjelaskan maksudnya sambil
meninggalkan gadis itu. Mulut gadis itu terkunci, tubuhnya terbebat kemudian
tersungkur ke bumi.
"aku meleleh." ujarnya merasa
dirinya konyol.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar