Senin, 28 Januari 2013

Noona II

Hari ini matahari seperti perhiasan. Cahayannya berkilauan di atas bunga yang baru saja disirami oleh sang gadis. "hai bunga, kesepiankah kau? Tenang, aku akan selalu ada untukmu." ujar gadis itu pada bunga segar itu. gadis itu mendenguskan napas pelan. "tapi kita berbeda, aku adalah manusia dan kau bunga. Seharusny
a ada seorang pangeran yang memberikanku temanmu." tiba-tiba ada tangan yang menaruh bunga matahari lengkap dengan potnya di samping bunga yang sedang disirami gadis itu. "ah, kau mengagetkanku." ujar gadis itu pada pria di hadapannya.
"kk sudah gila ya, bicara dengan bunga? Seperti sudah tidak ada manusia saja." gadis itu menjadi gugup mendengar pria yang dingin seperti es itu kini menjadi banyak bicara.
"k-kamu buat apa menyodorkan bunga matahari itu?" pria itu tersenyum, gigi putinya terlihat begitu kuat dan terawat.
"tadi aku mendengar percakapan kakak dengan bunga mawar ini. Sepertinya kk benar, bunga mawar ini kesepian." gadis itu menjadi geli mendengar alasan pria itu.
"seharusnya kau bawakan bunga mawar juga, kenapa bunga matahari?" pria itu mendenguskan napas, sepertinya gadis itu belum mengerti maksudnya.
"seperti diriku, bunga matahari ini selalu memancarkan sinar sehingga bunga mawar milik kk selalu melihat bunga matahari ini walau dalam keadaan gelap sekalipun. Seperti kk yang selalu melihatku, dan aku pun ingin terus bercahaya sehingga kk akan terus melihatku. Terimakasih kk." pria itu menjelaskan maksudnya sambil meninggalkan gadis itu. Mulut gadis itu terkunci, tubuhnya terbebat kemudian tersungkur ke bumi.
 "aku meleleh." ujarnya merasa dirinya konyol.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar