08:57am, Sun
30-01-2019
Rumah itu
baunya seperti baru. Perabotan di dalamnya pun terlihat baru. Ya, rumah itu
ditempati oleh sang pemilik baru sekitar dua minggu. Di ruang tamu rumah itu,
berkumpullah sepasang kekasih yang baru dua minggu menikah dengan kedua
orangtua sang pria. Mertua perempuan memeluk menantunya itu dengan penuh kasih.
"Ibu, dia itu milikku. Sudah delapan tahun aku bersabar, sekarang aku
hanya kebagian malam." gurau pria itu. "heh, kamu bicara apa
sih?" tegur gadis itu terlihat malu. "Ibu sudah kepingin menimang
cucu dari kamu, jangan lama-lama ya sayang." ujar mertua perempuan.
"Ibu, nanti juga kalau sudah dikasih pasti ga akan lama-lama. Jangan
bicara begitu, nanti jadi memberatkan
mereka." tegur meruta laki-laki. "Ayah, Ibu kan cuma kepingin-"
"iya Ibu, sabar ya." potong mertua laki-laki.
08:08pm, Sun
30-01-2019
Malam ini
begitu sepi, bintang-bintang dan bulan tidak keluar untuk menyinari bumi timur
yang gelap ini. Angin pun hanya lewat sebentar. Gadis itu duduk menyendiri di
bangku taman rumahnya sambil bertopang dagu. Terdengar langkah kaki yang
semakin lama semakin mendekat. Gadis itu tidak menoleh karena sudah tahu yang
datang adalah suaminya. "kamu sedang memikirkan apa gadisku?" tanya
pria itu sambil melingkarkan tangannya di pinggang istrinya itu. Gadis itu
mendenguskan napas. "aku takut kalau aku lama." jawab gadis itu.
"lama apanya?" pria itu berusaha mencerna perkataan si gadis.
"ah, perkataan Ibuku tadi ya? Sudahlah, kamu jangan memikirkan itu. Kita
baru dua minggu menikah, masih banyak waktu." suaminya memang sanga
menenangkan batinnya. Dia orang yang begitu mengertikan dirinya. Sang gadis pun
tidak lagi bertopang dagu dan menyandarkan kepalanya di pundak suaminya. Tangan
pria itu berpindah melingkar di punggung istrinya itu. "kalau kita punya
anak, kamu mau berapa?" tanya sang gadis manja. "umm, berapa ya? Aku
mau punya tiga anak. Tapi, berapapun anak kita nanti aku akan sangat senang
karena yang melahirkan anakku adalah kamu." gadis itu tersenyum mendengar
jawaban suaminya. "terima kasih, suamiku. Ngomong-ngomong, aku mau
bernostalgia delapan tahun lalu. Mengapa kamu bisa suka sama aku? Padahal, bisa
saja kau merasa risih aku perhatikan." "aku suka oran gyang jujur,
dan aku suka kejujuranmu dengan menunjukkan perasaanmu waktu itu. Jadi, aku
akan tenang setelah menikah karena memiliki istri seperti kamu." jawab
pria itu sambil mencubit hidung istrinya. "lalu kenapa waktu itu kamu cuek
bange sama aku?" "aku mau lihat kesabaranmu, dan kau akan menjadi
istri yang sabar dalam mengurus aku dan anak-anakku nanti. Jadi, sabar ya
sayang mau punya anaknya." gadis itu berekspresi mengerti. "jadi, yang
kamu lakukan dulu semata-mata untuk persiapan rumah tanggamu ya? Kamu memang
pria yang matang dalam berpikir. Iya, aku akan sabar sayang." "kalau
begitu, ayo masuk ke dalam." gadis itu menatap mata suaminya. "mau
apa?" tanyanya pura-pura tidak mengerti. "apapun asalkan sama kamu
istriku." "dasar!" ujar gadis itu.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar