Senin, 28 Januari 2013

Noona V

08:57am, Sun 30-01-2019
Rumah itu baunya seperti baru. Perabotan di dalamnya pun terlihat baru. Ya, rumah itu ditempati oleh sang pemilik baru sekitar dua minggu. Di ruang tamu rumah itu, berkumpullah sepasang kekasih yang baru dua minggu menikah dengan kedua orangtua sang pria. Mertua perempuan memeluk menantunya itu dengan penuh kasih. "Ibu, dia itu milikku. Sudah delapan tahun aku bersabar, sekarang aku hanya kebagian malam." gurau pria itu. "heh, kamu bicara apa sih?" tegur gadis itu terlihat malu. "Ibu sudah kepingin menimang cucu dari kamu, jangan lama-lama ya sayang." ujar mertua perempuan. "Ibu, nanti juga kalau sudah dikasih pasti ga akan lama-lama. Jangan bicara begitu,  nanti jadi memberatkan mereka." tegur meruta laki-laki. "Ayah, Ibu kan cuma kepingin-" "iya Ibu, sabar ya." potong mertua laki-laki.
08:08pm, Sun 30-01-2019
Malam ini begitu sepi, bintang-bintang dan bulan tidak keluar untuk menyinari bumi timur yang gelap ini. Angin pun hanya lewat sebentar. Gadis itu duduk menyendiri di bangku taman rumahnya sambil bertopang dagu. Terdengar langkah kaki yang semakin lama semakin mendekat. Gadis itu tidak menoleh karena sudah tahu yang datang adalah suaminya. "kamu sedang memikirkan apa gadisku?" tanya pria itu sambil melingkarkan tangannya di pinggang istrinya itu. Gadis itu mendenguskan napas. "aku takut kalau aku lama." jawab gadis itu. "lama apanya?" pria itu berusaha mencerna perkataan si gadis. "ah, perkataan Ibuku tadi ya? Sudahlah, kamu jangan memikirkan itu. Kita baru dua minggu menikah, masih banyak waktu." suaminya memang sanga menenangkan batinnya. Dia orang yang begitu mengertikan dirinya. Sang gadis pun tidak lagi bertopang dagu dan menyandarkan kepalanya di pundak suaminya. Tangan pria itu berpindah melingkar di punggung istrinya itu. "kalau kita punya anak, kamu mau berapa?" tanya sang gadis manja. "umm, berapa ya? Aku mau punya tiga anak. Tapi, berapapun anak kita nanti aku akan sangat senang karena yang melahirkan anakku adalah kamu." gadis itu tersenyum mendengar jawaban suaminya. "terima kasih, suamiku. Ngomong-ngomong, aku mau bernostalgia delapan tahun lalu. Mengapa kamu bisa suka sama aku? Padahal, bisa saja kau merasa risih aku perhatikan." "aku suka oran gyang jujur, dan aku suka kejujuranmu dengan menunjukkan perasaanmu waktu itu. Jadi, aku akan tenang setelah menikah karena memiliki istri seperti kamu." jawab pria itu sambil mencubit hidung istrinya. "lalu kenapa waktu itu kamu cuek bange sama aku?" "aku mau lihat kesabaranmu, dan kau akan menjadi istri yang sabar dalam mengurus aku dan anak-anakku nanti. Jadi, sabar ya sayang mau punya anaknya." gadis itu berekspresi mengerti. "jadi, yang kamu lakukan dulu semata-mata untuk persiapan rumah tanggamu ya? Kamu memang pria yang matang dalam berpikir. Iya, aku akan sabar sayang." "kalau begitu, ayo masuk ke dalam." gadis itu menatap mata suaminya. "mau apa?" tanyanya pura-pura tidak mengerti. "apapun asalkan sama kamu istriku." "dasar!" ujar gadis itu.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar